|
Bersama salah satu keluarga yang ikut berwisata dari Chanchamayo |
|
Bersama satu keluarga yang ikut berwisata dari Lima |
|
Beberapa tempat wisata di Oxapampa |
Di Peru ada banyak layanan jasa tour, tetapi
saya memilih untuk berwisata tanpa tour, bermodalkan buku dan internet serta
Bahasa Spanyol sudah bisa menelusuri wilayah ini dengan nyaman. Jam 5 sore, tanggal 3 Agustus, saya menuju
Calle Mexico di kota Lima. Umumnya semua bus keluar kota Lima berada di jalan
ini, saya mengambil Oxabus yang melayani rute Lima-Oxapampa yang bisa ditempuh
dalam waktu 10 jam. Bus-bus keluar kota di Lima umumnya bersih dan rapih, semua
pakai karcis jadi tidak perlu berebutan. Setelah menunggu kurang lebih
dua jam di terminal bus, tepat pukul 8.30 malam kami jalan menuju Oxapampa.
Jalan raya ke Oxapampa mulus. Bus
tersebut melalui rute Panamericana Central melalui jalan raya tertinggi di Peru
yakni Ticlio, yang tingginya kurang lebih 4880 meter di atas permukaan laut. Di
sini kiri kanan jalan bersalju. Karena kekurangan oksigen dan ketinggian
makanya para penumpang dianjurkan untuk meminum obat ketinggian sebelum ke
Oxapampa. Saya sendiri mencoba menghindari obat ketinggian tersebut soalnya bus
tersebut hanya melewati tempat tersebut.
|
Cabañas Hassinger tempat saya tinggal |
|
Cabañas Hassinger tempat saya tinggal |
|
Kamar di Cabañas Hassinger |
|
Kamar tidurku di Cabañas Hassinger |
|
Bahasa yang digunakan Bahasa Jerman dan Spanyol |
|
Trapiche Lodge |
|
Anak-anak keturunan Jerman di Oxapampa |
Dalam bus tersebut saya sengaja
mengambil duduk paling depan di lantai 2, supaya bisa melihat pemandangan pagi
sesampainya di Oxapampa. Di samping saya ada seorang ibu dan anaknya yang juga
ke Oxapampa. Setelah bercakap-cakap sebentar mereka ternyata keturunan Jerman
yang tinggal di kota Oxapampa. Karena saya belum mendapat penginapan, mereka menawarkan
sebuah penginapan yang mereka sebut Cabañas (rumah penginapan).
Kami tiba di Oxapampa kurang lebih jam6 pagi
tanggal 4 Agustus saya tiba di Oxapampa. Keluarga Hassinger yang menjadi teman
di atas bus Oxapampa membawa saya ke tempat penginapan keluarga mereka yang
bernama Cabañas Hassinger D. Palo. Biaya sehari di sini cuman 35 Soles atau
sekitar US$ 15. Tidak termasuk makan. Makan cari sendiri di luar atau ke
restoran. Setelah beristirahat selama kurang lebih 2 jam saya keluar bercerita
dengan keluarga Hassinger lalu mengikuti tour sepanjang hari dari jam 9 pagi
sampai jam 6 sore yang disiapkan oleh Trapiche Lodge yang juga milik keluarga
Hassinger ini. (Lihat foto di atas) Biaya tour sebanyak 60 soles (US$ 27) ,
dengan mengunjungi beberapa tempat wisata yang sudah dipaketkan.
|
Mencicipi keju hasil industri di Oxapampa |
|
Keju Floral dari Oxapampa |
|
Industri keju |
|
Mencicipi berbagai jenis keju ekspor |
Wilayah Oxapampa sangat terkenal karena gaya
pertanian mereka yang mengikuti model Jerman. Daerah ini sangat terkenal dengan
industri perkebunan dan peternakannya. Keju dan susu merupakan produk utama wilayah
ini disamping hasil pertanian lainnya seperti padi, apel, jeruk, cabe dll.
Umumnya pertanian dan peternakan dijalankan dengan model industri.Perjalanan wisata yang disuguhkan di Oxapampa umumnya adalah wisata ekonomi mengunjungi sentral industri pertanian dan peternakan. Dalam kunjungan ini saya berjalan bersama dengan para wisatawan yang umumnya dari Peru khususnya dari Lima.
Tempat wisata pertama yang kami kunjungi
adalah industri keju di tengah begitu banyak peternakan sapi yang ada di
wilayah ini. Idustri keju Floral merupakan salah satu industri keju terkenal di
Oxapampa. Di sini kami menyaksikan semua proses pembuatan keju kemudian
mengecap sedikit keju khas Oxapampa yang telah diekspor ke berbagai penjuru
dunia tersebut. (Silahkan lihat foto di atas). Setelah menyaksikan pembuatan
keju kami juga mengunjungi tempat peternakan sapi masyarakat.
|
Peternakan ikan trucha |
|
Ribuan ikan trucha dalam peternakan |
|
Industri keluarga: peternakan ikan trucha |
|
Indahnya Oxapampa |
|
Peternakan ikan trucha dan sungai yang bersih |
Selain peternakan sapi, Oxapampa juga
terkenal dengan peternakan ikan Trucha (sejenis ikan salmon). Peternakan ikan
Trucha di Peru sangat terkenal khususnya mereka yang memiliki aliran air sungai
dari pegunungan yang memiliki salju. Di sini kami menyaksikan peternakan ikan
Trucha yang dikelolah oleh satu keluarga keturunan Jerman yang bernama
Criaduras Trucha La Cumbre. Peternakan ikan Trucha membutuhkan air yang
mengalir, karena itu mereka sangat membutuhkan air, sehingga air dan sungai
mereka jaga supaya tidak tercemar. (Lihat foto peternakan ikan tersebut di
atas) Satu kilo ikan Trucha dijual langsung di peternakan sebesar 12 Soles
(Sekitar US$ 5). Dalam sehari, mereka menjual minimal 10 kg. Itu berarti
dalam sebulan minimal mereka mendapat keuntungan sebesar US$ 1.500 (kurang
lebih Rp. 15 juta). Ini adalah industri peternakan ikan di rumah, yang
memanfaatkan aliran air yang berada di samping rumah mereka. Saya coba bertanya kepada ibu
yang mengelolah peternakan ikan ini, “¿Por qué no quieren regresar a Aleman?”
(Kenapa tidak mau pulang saja ke Jerman?) Dia jawab, “Di sini ada pekerjaan
yang lebih asyik dan menghasilkan juga”, kata ibu tersebut. Nampaknya situasi
alam yang indah, udara yang segar, penghasilan yang bagus membuat mereka
memilih untuk menetap di sini Peru.
|
Gua yang dihiasi dengan gambar anak-anak mencari sesuatu |
|
Penjelasan tentang proses terjadinya gua dan manfaatnya |
|
Gua |
|
Gua Tunqui |
Dari peternakan ikan Trucha kami mengunjungi
Tunqui Cueva (Gua Tunqui). Gua ini bagi saya tidak terlalu menarik. Gua Batu
Cermin di Labuan Bajo, Flores jauh lebih asyik dan menarik. Tetapi gua ini
mereka jadikan menarik untuk mengajar anak-anak tentang apa itu gua, bagaimana gua terjadi
serta manfaat gua zaman dulu kala. Gua yang bagi saya tidak terlalu menarik
tersebut akhirnya bermanfaat juga karena menjadi tempat belajar bagi anak-anak
yang berada dalam tour bersama kami.
|
Tempat pembuatan minuman wharapo dan minuman beralkohol lainnya |
|
Tempat wisata ini sering dikunjungi oleh para turis selain mengenal proses pembuatan alkohol
juga untuk menikmati alkohol dalam berbagai bentuknya yang siap dijual |
|
Melihat proses pembuatan alkohol |
|
Tebu diperas menggunakan tenaga kincir air, tidak mencemari lingkungan |
|
Penjelasan proses pembuatan alkohol |
|
Menyaksikan dan mempelajari proses pembuatan alkohol |
|
Industri alkohol dari perkebunan tebu |
Setelah mengunjungi tempat-tempat wisata
tersebut kami menuju perkebunan dan industri tebu. Industri tebu ini berdiri
sejak tahun 1890 dengan nama Wharapo. Wharapo adalah sejenis minuman atau jus
tebu.(Kalau di Manggarai Flores, ada yang disebut “mince” dari pohon enau;
rasanya persis sama). Umumnya air tebu
ini mereka suling dan dijadikan minuman beralkohol. Kalau anda kenal dengan
pisco di Peru atau sopi di Flores NTT cara pembuatannya sama. Alkohol yang
dihasilkan dari industri tebu ini sangat terkenal di Peru. Setelah menyaksikan
industri tebu ini kami mencicipi juga hasil produksi mereka yang sudah mereka
kemas dalam berbagai mereka yang siap dijual baik di Peru maupun ke luar Peru
seperti ke Chile atau Ekuador.
|
Makanan khas Oxapampa: daging babi goreng dan asap, ayam goreng, pisang goreng, tomat, ensalada dan jus quitosour |
|
Makan siang bersama teman-teman tour |
|
Rumah di kampung, sederhana, bersih dan indah |
|
Sejarah keluarga keturunan Jerman terpampang di pintu masuk rumah |
|
Bunga-bunga yang indah di tengah taman |
Setelah berjalan hampir empat jam akhirnya
kami menikmati makan siang di sebuah restoran keluarga di kota Oxapampa. Restoran
ini juga dikelola oleh keluarga keturunan Jerman di Oxapampa. Makanan
khas Oxapampa yang terkenal adalah daging babi dan sapi goreng atau diasap. Sementara ikannya adalah ikan trucha goreng. Biasanya makanan ini
dicampur dengan pisang, kentang dan ubi goreng. Mereka biasanya jarang makan
nasi. Orang Peru suka minum. Mereka lebih suka minum jus setelah makan. Kalau
tidak anggur putih atau merah.
Yang menarik bagi saya adalah,
halaman-halaman rumah mereka selalu dipenuhi dengan berbagai jenis bunga.
Mengingatkan saya akan masa kecil dulu di Flores. Di depan rumah yang sederhana
semua menanam bunga, bahkan ada bunga yang saat itu menjadi peliharaan saya
yang tidak boleh diganggu oleh saudara atau saudari saya. Rumah-rumah gaya khas
Jerman selalu dihiasi dengan taman yang indah dipenuhi bunga-bunga. Rumah yang
sederhana itu jadinya indah dipandang.
|
Perkebunan markisa dan cabe |
|
Air terjunnya sederhana tetapi fasilitas ke sana menakjubkan |
|
Rindu air terjun di Flores NTT yang lebih indah dan ada kolam buat renangnya lagi heheeeeeeee |
|
Teman tour: Jonathan |
|
Teman tour Cristina |
|
Action dulu sebelum pulang |
Setelah makan siang kami beristirahat sebentar
di penginapan kami masing-masing. Jam empat sore kami menelusuri perkebunan
masyarakat, perkebunan markisa, cabe, apel dan lain yang diakhir dengan
mengunjungi Air Terjun El Tigre. Terus terang air terjunnya tidak seindah di
Indonesia tetapi begitulah, melihat air terjun dan mendengarkan suara air
terjun selalu membawa rasa lain bagi setiap orang yang jenuh dengan suasana
perkotaan. Air terjun Wae Sapo dan Cunca Wulang di Manggarai Flores jauh lebih
indah dan menarik saat saya kecil dulu. Malam harinya saya beristirahat di
Cabañas karena capeh berjalan sepanjang hari sambil menanti hari berikutnya
menuju Pozuzo. (Disambung dengan artikel: Pozuzo)
Lima Agustus 2013
Benny Kalakoe
0 comments:
Post a Comment