Monday 10 September 2012

DILEMA MASYARAKAT KOLOMBIA TERHADAP PERJANJIAN DAMAI PEMERINTAH DENGAN FARC


Tanggal 27 Agustus lalu Presiden Kolombia, Juan Manuel Santos menyatakan bahwa pemerintahannya memulai negosiasi “awal” dengan pasukan gerilya FARC (Angkatan Bersenjata Revolusioner Kolombia), salah satu kelompok bersenjata yang mengganggu kestabilan Kolombia selama lebih dari 50 tahun. Pendekatan Santos untuk melakukan negosiasi dengan FARC mendapat berbagai reaksi dari masyarakat. Pertanyaan utamanya adalah : apakah negosiasi awal untuk membangun perdamaian di Kolombia oleh pemerintahan Santos akan mengakhiri konflik senjata yang sudah berlangsung hampir lebih dari setengah abad dan telah memakan begitu banyak korban masyarakat Kolombia? Sebab masyarakat Kolombia sangat cemas dengan taktik yang diambil pemerintah, mengingat fakta perjanjian damai yang pernah dibangun dengan FARC, digunakan oleh FARC untuk membentuk kembali barisan FARC dan terus melakukan kegiatan kriminal mereka seperti narkotrafik.


Ada banyak alasan masyarakat Kolombia untuk tidak percaya lagi sama FARC. Tahun 1998, saat Andrès Pastrana sebagai Presiden Kolombia, dilakukan perjanjian perdamaian dengan para petinggi pemberontak FARC. Saat itu untuk menjaga perdamaian pemerintahan Pastrana memberikan satu wilayah yang luasnya hampir sebesar Swiss untuk dijadikan wilayah netral. Lalu apa yang terjadi, FARC menggunakan wilayah netral ini sebagai basis untuk mengkonsolidasikan negosiasi produksi kokain, yang mendatangkan keuntungan kurang lebih sebanyak US$ 500 juta per tahun bagi FARC, memperkuat pasukan mereka dengan merekrut  anggota baru, dan dari tempat ini mereka melancarkan serangan yang mematikan ke beberapa kota di Kolombia. Pada tahun 2002, perjanjian perdamaian gagal dan ada ketakutan masyarakat dan dunia bahwa pemerintahan Kolombia bisa jatuh karena serangan FARC.

Pada saat inilah Àlvaro Uribe menjadi Presiden Kolombia, saat di mana Bogotà diserang oleh pasukan FARC. Dengan bantuan militer dari Amerika Serikat dalam perjanjian yang disebut Plan Kolombia, Uribe melancarkan serangan balik kepada pasukan FARC dan berhasil menghancurkan pasukan FARC di beberapa sektor. Pada saat ini, sebagian besar masyarakat Kolombia mulai menyadari bahwa FARC memang benar-benar pasukan teroris dan bukan lagi mewakili aspirasi ideologi masyarakak pedesaan seperti yang didengungkan. Pasukan FARC menyandera ratusan warga, baik politikus maupun militer/polisi untuk dijadikan tameng dalam negosiasi. Banyak masyarakat yang meninggal dalam penangkapan ini.  FARC juga melakukan serangan dengan bom ke tempat-tempat sipil di kota dan membunuh banyak orang. Tanggal 4 Februari 2008, jutaan masyarakat Kolombia turun ke jalan melakukan demonstrasi sambil bernyanyi “Menolak FARC”.

Strategi militer yang dilakukan oleh Uribe berjalan sukses karena berhasil mengurangi aksi kekerasan di Kolombia dan berhasil melemahkan kekuatan FARC, di mana pasukan FARC berkurang sebanyak 50% dan tinggal hanya 4.000 serdadu.

Pada tahun 2010, Juan Manuel Santos, yang adalah Mantan Menteri Pertahanan Uribe menjadi Presiden Kolombia. Keberhasilannya menyerang pasukan FARC membuatnya dipilih oleh sebagian besar masyarakat Kolombia untuk menjadi presiden. Walaupun demikian, sejak menjadi presiden Santos memilih untuk melakukan negosiasi perdamaian dengan FARC, walaupun pemerintahannya terus melakukan penyerangan, bahkan sampai membunuh pemimpin FARC, Alfonso Cano bulan November tahun 2011.

Walaupun FARC sudah kehilangan sebagian besar pasukannya, namun FARC masih mampu untuk meningkatkan serangan mereka dalam setahun terakhir, yang memakan banyak korban di pihak Angkatan Bersenjata Kolombia dan merusak berbagai infrastruktur energi Kolombia. Begitu banyaknya serangan FARC membuat banyak orang Kolombia mempertanyakan keamanan yang dibangun oleh Santos saat menjadi Menteri Pertahanan dan sekarang pelan-pelan situasi ini hilang kembali. Situasi ini membuat masyarakat mempertanyakan kepemimpinan Santos. Tidak mengherankan kalau mantan presiden Kolombia, Uribe, menyatakan dihadapan umum untuk menolak kepemimpinan Santos dan menuduh pemerintahan Santos sebagai pemerintahan yang lemah dan tidak mengambil tindakan tegas kepada kelompok teroris yang dibenci oleh masyarakat Kolombia.

Pemerintahan Santos menilai bahwa aksi pemerintah untuk terus menyerang pasukan FARC harus diselesaikan melalui meja perundingan supaya tidak memakan korban lebih banyak lagi. Karena itu Santos memberikan kesempatan kepada pasukan FARC untuk membangun perdamaian lewat perundingan. Yang jelas Santos tidak membuka meja perundingan tanpa pertimbangan politik yang matang dan menguntungkan pemerintahan Kolombia. Santos membangun sebuah kondisi yang sangat berbeda dengan perundingan yang dilaksanakan sepuluh tahun yang lalu. Angkatan Bersenjata Kolombia berada dalam kondisi yang menguntungkan sehingga tidak dengan mudah ditekan oleh pasukan pemberontak. Ekonomi Kolombia juga sedang berkembang menuju fase yang sehat walaupun masih bergantung pada sektor pertambangan dan minyak bumi. Demikian juga kota-kota di Kolombia sekarang ini lebih aman daripada tahun-tahun sebelumnya. Strategi yang dibangun oleh pemerintah adalah menekan FARC sampai ke batas tertentu, lalu karena tertekan FARC dipaksa untuk melakukan perjanjian perdamaian.

Namun masyarakat Kolombia melihat Juan Manuel Santos sebagai presiden yang lemah seperti Presiden Andrès Pastrana. Masyarakat Kolombia melihat bahwa aksi negosiasi perdamaian yang dilakukan Juan Manuel Santos memiliki tujuan lain yakni mencari popularitas internasional. Dan masyarakat melihat bahwa gelombang serangan yang dilakuan FARC dalam beberapa bulan terakhir adalah reaksi FARC karena sudah mengetahui bahwa Presiden Santos adalah seorang presiden yang lemah. Masyarakat melihat bahwa setelah Santos menjadi presiden, Angkatan Bersenjata Kolombia belum berhasil melakukan serangan yang serius terhadap pasukan FARC. Apalagi masyarakat sudah mengerti bahwa FARC sekarang lebih sebagai organisasi kriminal narkotrafik dengan struktur komando desentralisasi. Produksi kokain yang terus berkembang membuat masyarakat menjadi takut bahwa FARC menggunakan kesempatan masa-masa perdamaian atau negosiasi ini untuk melakukan pembenahan untuk membeli senjata bagi perjuangan mereka. Pengalaman perjanjian sebelumnya yang dimanfaatkan oleh FARC sebagai kesempatan untuk membenahi diri akhirnya akan kembali terjadi.

Argumen pemerintah dan masyarakat ini menjadi dilema bagi pemerintah dan masyarakat Kolombia. Apa yang akan terjadi nanti sangat ditentukan oleh berbagai hal yang menunjang perundingan perdamaian antara pemerintah dan FARC di lapangan. Tetapi yang jelas masyarakat Kolombia sudah jenuh dengan semua aksi kekerasan FARC dan mereka menginginkan agar perdamaian bertahta di Kolombia. 

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons