Friday 10 August 2012

OPINI: MASYARAKAT INDIGENAS AMERIKA LATIN


Sejak tahun 1994, Dewan Umum PBB menetapkan tanggal 9 Agustus sebagai Hari Internasional Masyarakat Indigenas. Karena itu tidak mengherankan hampir di seluruh dunia masyarakat indigenas merayakan hari ini dengan berbagai kegiatan. Tetapi kadang-kadang perayaan Hari Internasional Masyarakat Indigenas ini tidak menunjukkan idealisme emansipasi dari kaum indígenas sebagai sebuah masyarakat atau komunitas. 


Di negara-negara seperti Honduras, Guatemala dan beberapa negara lain di Amerika Latin masyarkat indígenas masih terpasung dengan beban historis. Kadang-kadang masyarakat indígenas masih dilabelkan sebagai yang terbelakang, kotor, tidak berpendidikan dan berbagai predikat lainnya yang sangat mendiskriminatifkan masyarakat indígenas. 

Beban sejarah lewat kolonisasi dan neo-kolonisasi membuat PBB pada dekade 1990-an menetapkan sebuah konsensus tentang konsep masyarakat (komunitas dengan sejarah hidup) untuk merujuk kepada kaum indígenas di seluruh dunia. Dalam Deklarasi Universal tentang Hak-Hak Masyarakat Indigenas (tahun 2007) ideologi ini dimasukkan, dan meneguhkan keyakinan akan hak untuk menentukan diri mereka sendiri sebagai sebuah Masyarakat Indigenas. Inilah yang kemudian dirayakan sebagai Hari Internasional Masyarakat Indigenas.

Untuk menjadi Masyarakat Indigenas tidak cukup hanya dengan memiliki sejarah, bahasa, spiritualitas, kebudayaan atau darah. Di atas semuanya itu harus memiliki sebuah teritori yang diduduki atau dihidupi oleh para leluhur mereka sejak sebelum masa kolonial. Dengan kata lain, kondisi dasar untuk menjadi sebuah Masyarakat Indigenas yang memiliki pengertian historis juga harus memiliki sebidang tanah atau teritori tempat mereka berinteraksi dalam sebuah komunitas kosmis. Jadi menjadi sebuah Masyarakat Indigenas, tidak cukup hanya memiliki tradisi, melainkan juga karena mereka hidup dan berinteraksi dalam sebuah teritori yang diturunkan secara turun temurun dari nenek moyang mereka. 

Autoaafirmasi Masyarakat Indigenas sebagai sebuah masyarakat menyentuh semua aspek historis yang dihadapinya termasuk masalah-masalah yang dihadapinya. Pada zaman kolonial, dari sudut antropologi penciptaan, diperdebatkan kondisi kemanusiaan kaum indígenas. Secara teori dinyatakan bahwa kaum indígenas adalah manusia tetapi harus dibaptis dulu. Sistem kolonial kristiani yang menentukan apakah mereka manusia atau bukan sangat bergantung apakah mereka dibaptis atau tidak. Pada zaman ketika negara-negara di Amerika Latin merdeka dari Spanyol atau Portugal, masyarakat indígenas hanya dilihat dari sudut ekonomis. Debat yang paling serius adalah ketika tanah-tanah dan kekayaan kaum indígenas diambil oleh rejim negara dan kaum indígenas hanya dipergunakan sebagai pelayan sumber energi untuk menjalankan roda pemerintahan. 
Dan sekarang sudah berada di abad XXI, dengan munculnya berbagai gerakan bersama kaum indígenas yang muncul karena dampak evolusi pengalaman historis mereka, masyarakat indígenas harus dimengerti dan dijelaskan oleh masyarakat indígenas sendiri serta dalam realitas mereka sendiri. Kenyataan hidup sebagai indígenas sekarang ini bukan lagi sebuah faktor etnis melainkan sudah memasuki kategori sosio-politik yang harus dimengerti oleh teori Nation State dan demokrasi perwakilan yang ada. Pergerakan masyarakat indígenas di semua Pegunungan Andes (Inca) dan Hutan Amazon adalah bagian dari kenyataan baru ini. 


Masalah masyarakat indígenas sekarang ini bukan lagi hanya masalah kepemilikan tanah, pendidikan atau bantuan kemanusiaan. Masalah penting masyarakat indígenas sekarang ini adalah rasisme yang diinstitusionalisasikan, di mana masyarakat indígenas diperlakukan tidak sebagai subyek atau “warga negara” yang sederajat. Proyek-proyek pemerintahan yang besar yang dilakukan di berbagai teritori masyarakat indígenas dijalankan tanpa memperhatikan hak-hak masyarakat indígenas yang hidup di sana. Selain itu masalah yang paling penting dari masyarakat indígenas sendiri adalah, karena beban sejarah mereka menganggap diri mereka sebagai yang inferior (kompleks inferioritas) dalam sebuah negara, dengan menjadikan diri mereka sebagai “masyarakat kelas dua”. 

Situasi inilah yang menjadi inti perayaan Hari Internasional Masyarakat Indigenas, bagaimana masyarakat indígenas menentukan diri mereka sendiri tanpa harus menjadi masyarakat “kelas dua” dalam interaksi di tengah masyarakat dunia sekarang ini. Untuk menghilangkan beban hidup yang berat itu dalam kehidupan masyarakat indígenas, kaum indígenas harus menunjukkan hak-hak mereka untuk menentukan diri sendiri bukan lagi sebagai sebuah opsi tetapi melainkan sebagai sebuah kewajiban eksistensial. Masyarakat indígenas tidak hadir di dunia ini sebagai masyarakat kelas dua di atas Madre Tierra ini. Masyarakat indígenas bukan menjadi obyek pemerintah untuk dijadikan “bahan bakar” bagi kepentingan negara. Masyarakat indígenas juga bukan menjadi Kristen sebagai orang Kristen kelas dua.

Benny Kalakoe
Buat Masyarakat Indigenas Peru yang sudah mengajarkan banyak kepada saya tentang siapa mereka sesungguhnya.
9 Agustus 2012 (Hari Internasional Masyarakat Indigenas)

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons