Monday 2 July 2012

PARAGUAY (1) : FERNANDO LUGO DAN DEMOKRASI DI AMERIKA LATIN


Amerika Latin sedang berada dalam proses memperkuat budaya demokrasi untuk pembangunan yang berkelanjutan. Institusi  pemerintahan yang sejak lama sudah dikuasai oleh para diktator militer mulai dikuasai oleh pemerintahan hasil pemilihan masyarakat. Selama abad XX sebagian besar  negara di Amerika Latin mengalami pedihnya pengalaman diktator militer ini. Pada abad XXI budaya demokrasi sudah muncul tetapi sering mendapat tantangan melalui kudeta, yang kurang lebih menggunakan kekerasan tergantung bagaimana kasus kudeta ini dikemas. Dalam abad XXI (selama 12 tahun) terdapat berbagai percobaan kudeta di Amerika Latin: Venezuela (2002), Haiti (2004), Bolivia (2008), Honduras (2009), Ecuador (2010) dan sekarang ini di Paraguay (2012). Haiti, Honduras dan kemungkinan besar Paraguay mendapat intervensi internasional lewat negara-negara tetangga. Intervensi negara-negara tetangga terhadap kudeta dalam sebuah negara merupakan suatu hal yang baru di Amerika Latin dan diharapkan bahwa sikap keras dari negara-negara tetangga dapat membuat demokrasi di wilayah ini selalu dihormati.  

Alasan kudeta di Amerika Latin berragam. Tetapi umumnya bisa dilihat melalui proses politik dalam negera  masing-masing. Pada umumnya merupakan perjuangan perebutan kekuasaan antara aktor ekonomi tradisional yang digantikan oleh aktor-aktor ekonomi baru. Mereka yang baru berkuasa melalui proses pembangunan yang mereka kembangkan umumnya mengubah struktur produktivitas nasional yang akhirnya menimbulkan konflik distribusi perekonomian negara. Konflik ini umumnya tidak direspons dengan baik oleh institusi pemerintahan, karena institusi pemerintahan tidak kuat dan tidak didukung oleh sistem politik yang kuat. Itulah yang terjadi di Paraguay.

Hari Jumat lalu tanggal 22 Juni 2012, Presiden Paraguay Fernando Lugo, yang adalah mantan Uskup Katolik di sebuah keuskupan yang paling miskin di Paraguay, diturunkan dari jabatannya sebagai presiden. Presiden yang dipilih tahun 2008 secara demokratis ini, memiliki agenda reformasi ekonomi dan sosial yang kuat, di antaranya yang terkenal adalah reforma agraria yang dibuat bersama para petani miskin di negara tersebut. Uskup yang kemudian dipilih menjadi Presiden ini berbicara Bahasa Guaraní, bahasa resmi kaum indígenas di Paraguay yang digunakan oleh sebagian besar penduduk Paraguay, tetapi tidak digunakan oleh para elit di Paraguay. Terpilihnya Fernando Lugo sebagai presiden Paraguay merupakan sebuah langkah besar untuk demokrasi di Paraguay yang lemah, karena sejak tahun 1954 sampai tahun 1989 negara ini dibelenggu kediktatoran Stroessnerr dan dikontrol oleh Partai Colorado selama 60 tahun. Tahun 1999 terjadi kudeta di Paraguay, ketika Wakil Presiden, Luis Maria Argaña, dibunuh dan Presiden Paraguay saat itu Raul Cubas, yang bersama dengan Lino Oviedo dianggap sebagai orang yang paling bertanggungjawab atas peristiwa tersebut yang kemudian dikenal sebagai peristiwa Marzo Paraguayo. Karakter politik Paraguay sangat terkonsentrasi secara kuat di tangan para penguasa dan tidak memiliki tradisi keikutsertaan masyarakat atau sektor popular atau pergerakan sosial. Hal ini terjadi karena sebagian besar petani yang adalah kaum indígenas telah ditekan atau ditindas dengan keras setiap kali mereka mengorganisir diri mereka atau melakukan protes di jalan raya.

Konsentrasi politik di Paraguay yang terletak di tangan para penguasa berhubungan langsung dengan konsentrasi pendapatan ekonomis negara tersebut. Perekonomian Paraguay sebagian besar terletak pada ekspor hasil pertanian, dengan sebagian besar tanah pertanian berada di tangan segelintir tuan tanah, yang dikenal  sebagai “brasiguayos”, yakni orang-orang Brasil yang tinggal di Paraguay yang biasanya menjadi tuan tanah dari perkebunan kacang (hijau) terkenal di Paraguay. Sebanyak 80% tanah di Paraguay berada di tangan 2% tuan tanah. Situasi perekonomian seperti ini menyulitkan reformasi agraria, menghalangi berkembangnya organisasi petani. Selain itu sektor pertanian Paraguay dikuasai oleh perusahaan-perusahaan transnasional seperti Monsanto dan Cargill, yang menekan pemerintah supaya mengesahkan hukum yang menguntungkan mereka, misalnya dalam hal penggunaan benih transgenik. Sebanyak 30% PIB Paraguay berasal dari bisnis pertanian dengan jumlah total US$ 6.000 juta per tahun.  Perusahaan-perusahaan transnasional ini membangun lobby yang kemudian menguntungkan mereka dan memperkuat kegiatan politik Partai Colorado dan beberapa sektor di Partai Liberal di Paraguay.

Dalam situasi politik tersebut Fernando Lugo terpilih sebagai Presiden dalam posisi sebagai Presiden yang asing dari sistem politik lain yang ada di Paraguay. Fernando Lugo sendiri tidak memiliki anggota Kongres yang kuat untuk mendukungnya. Justru sebaliknya, dia hanya didukung oleh seorang anggota Kongres dan satu anggota DPR. Karena itu Presiden Fernando Lugo mencoba untuk mengorganisir sebuah koalisi politik yang mengharuskannya mengundang para konservatif, oportunis, Partai Liberal Radical Auténtico (PLRA), yang kemudian menempati posisi menteri yang penting dalam administrasi pemerintahan, dan menempatkan Federico Franco sebagai Wakil Presiden. Keberadaan kaum konservatif dalam posisi penting pemerintahannya, membuat kemampuan Fernando Lugo untuk mempromosikan perubahan politik tertahan, dan pada saat yang sama Fernando Lugo tidak bisa didukung secara total oleh sektor-sektor yang sangat terbelakang dalam dunia politik, seperti pergerakan masyarakat kecil.

Wakil Presiden, Federico Franco, yang memiliki relasi yang kuat dengan para pebisnis dari agro-bisnis mulai melakukan politik oposisi yang kuat terhadap Fernando Lugo. Mengadopsi politik yang moderat, bila dibandingkan dengan agenda politik awalnya,menjadi tanda-tanda awal bahwa koalisi yang dibentuk oleh Fernando Lugo menjadi sesuatu yang berbeda dengan apa yang terjadi di Brasil misalnya. Tanpa memiliki dukungan dari Kongres, Fernando Lugo tidak bisa memerintah. Karena proyek-proyek hukum penting dan rencana masuknya Venezuela ke MERCOSUR ditolak dengan keras oleh Kongres yang sebagian besar kaum konservatif. Salah satu hal penting yang didapat dalam administrasi Lugo adalah, menegosiasi ulang harga listrik yang dibayar oleh Brasil dari pusat listrik tenaga air Itaipú Binacional, yang merupakan hasil dari negosiasi strategi bilateral dengan negara tetangga Brasil, yang dalam hal ini ingin mendukung Fernando Lugo.

Pemerintahan Fernando Lugo, secara praktis berada dibawa tekanan untuk membangun koalisi dengan sektor ekonomi dan partai politik konservatif supaya bisa menjalankan roda pemerintahan walaupun dalam kondisi yang minim. Pencarian ini ternyata tidak menghasilkan apa-apa, bahkan menjauhkan Presiden Fernando Lugo dari kemungkinan-kemungkinan untuk merealisasikan perubahan sosial yang pernah dijanjikan saat dia dipilih oleh rakyat. Setelah pembantaian tanggal 15 Juni  lalu di Caraguaty misalnya, Presiden Lugo mencoba untuk meredamkan semangat kaum oposisi dengan mengangkat Menteri Dalam Negeri dari Partai Colorado. Kesalahan strategis ini membuka jalan kepada kudeta dan menjauhkan pergerakan sosial dari tangan Presiden Lugo. Karena itu saat terjadi “kudeta” terhadap Presiden Fernando Lugo, pergerakan sosial yang sebelumnya mendukung Fernando Lugo tidak bisa memobilisasi masa untuk mendukung Presiden Lugo dan melawan “kudeta”. Pergerakan sosial terlambat untuk mengorganisir diri mereka sendiri dan mereka tidak bersatu untuk secara bersama melawan percobaan kudeta.

(Bersambung ke Paraguay (2): Kejanggalan Kudeta Konstitusional Atas Fernando Lugo)

Lima, 29 Juni 2012.
Benny Kalakoe

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons