Thursday 31 May 2012

MASYARAKAT INDIGENAS PAITER-SURUI DAN PROGRAM PERUBAHAN IKLIM

Masyarakat asli/adat Paiter-Surui, yang hidup di jantung Hutan Amazon Brasil, tidak memiliki kontak dengan dunia luar selama 45 tahun terakhir. Sekarang mereka harus bertarung dengan masalah pasar karbon untuk menjamin keberlangsungan hidup mereka.

Masyarakat Paiter-Surui, yang tinggal di daerah Sete de Setembro Brasil, dekat perbatasan dengan Bolivia, telah mengalami kemajuan pesat dalam beberapa dekade terakhir. Masyarakat asli ini ditemukan tahun 1969. Tiga tahun setelahnya jumlah masyarakat suku asli Paiter-Surui menurun dari 5000 orang menjadi 300 orang akibat berjangkitnya penyakit yang dibawa oleh orang-orang yang berkontak dengan mereka. Sekarang ini jumlah mereka sudah bertambah sekitar 1.350 orang dan jumlah ini diperkirakan akan semakin bertambah.

Surui adalah nama yang diberikan oleh para ahli antropologi kepada mereka. Mereka sendiri memanggil atau menamakan diri mereka sendiri sebagai paiter yang artinya “masyarakat sesungguhnya adalah kami sendiri” dalam bahasa tupí-mondé yang mereka gunakan sebagai bahasa percakapan.

 Usaha yang mereka harapkan adalah bagian dari Proyek Karbon Hutan Suruí, yang disyahkan bulan April, yang menyediakan mekanisme untuk menetralisir emisi karbon dioksida, dengan cara menghindari deforestasi, mempertahankan elemen-elemen yang ada di hutan, dengan menyerap kembali karbon dioksida dari atmosfer melalui usaha penghijauan.

 Kegiatan ini merupakan bagian dari skema Penurunan Emisi yang disebabkan oleh deforestasi dan berkurangnya jumlah hutan, yang didorong oleh PBB untuk mengurangi efek perubahan iklim. Jual beli hak emisi karbon atau sertifikat karbon dinyatakan dalam sistem kontrol perubahan iklim supaya perusahaan-perusahaan atau negara-negara yang merupakan penghasil atau pengirim gas efek rumah kaca membayar perusahaan atau negara lain yang memiliki mekanisme untuk menguranginya.

Setelah puluhan tahun berjuang melawan penebang kayu liar dan para pemburu liar, sejak tahun 2005 masyarakat asli Paiter-Surui telah menanam 14.000 pohon dari 17 spesies kayu, di antaranya coklat dan kopi, kayu berharga lainnya seperti mogno (caoba), dan berbagai pohon buah-buahan lainnya. “Kami ingin membantu dan membangun masyarakat kami sesuai dengan kebutuhan kami sendiri di wilayah ini, dengan menghargai produksi hasil hutan. Sebuah politik ekonomi hijau yang tidak lain adalah pembangunan yang berkelanjutan”, kata Almir Surui, pemimpin masyarakat Paiter-Surui yang juga adalah anggota kelompok dari Koordinasi Organisasi Indigenas di Amazon Brasil.

Almir yang berumur 38 tahun ini, selalu mencat badannya dan memakai kalung dari benih asli setempat yang dibuat oleh kaum ibu dari sukunya. Dia juga mengenakan pakaian ala barat kalau ada pertemuan dengan masyarakat lain di luar desanya, tetapi dia tidak pernah menyembunyikan badannya yang dicat. Sebelum menjadi tenar di Brasil, dia dikenal di kalangan internasional karena usahanya menolak eksploitasi kayu di wilayahnya di hadapan Organisasi Negara-Negara Amerika (OEA) untuk mempertahankan hak-hak dan integritas masyarakat indígenas yang semakin terisolasi. Selain itu juga dia dikenal karena perjuangannya untuk menolak pembangunan perusahaan listrik tenaga air di Sungai Rondónia.

Untuk merealisasikan keberlangsungan hidup suku, masyarakat indígenas Paiter-Surui bekerja sama dengan berbagai LSM dan institusi pemerintahan, seperti Dana Keanekaragaman Hayati Brasil (FUNBIO), yang memfasilitasi pembentukan mekanisme finansial dan barang yang menjamin pendapatan bagi masyarakat Paiter-Surui. 

Proyek Karbon Surui adalah sebuah proyek selama 3 dekade untuk melindungi daerah seluas lebih dari 12.000 hektar, berdasarkan laporan Angelo Dos Santos, seorang koordinator FUNBIO. “Setiap tahun, masyarakat Surui memberi jaminan untuk mengurangi emisi gas efek rumah kaca. Dalam tiga puluh tahun diperkirakan masyarakat Surui bisa mengurangi 8 juta ton karbon dioksida, dan atas usaha mereka ini mereka patut dihargai dengan membayar mereka karena usaha mereka tidak menggundulkan hutan”, kata Dos Santos. Berdasarkan perkiraan mereka, masyarakat indígenas ini bisa mendapat US$ 40 juta berdasarkan harga di pasar yakni US$ 5 per ton karbon.

Keuntungan yang didapat oleh masyarakat indígenas Surui ini akan digunakan untuk membangun masyarakat Surui tanpa harus menghancurkan hutan. Misalnya mereka sudah menghasilkan lebih dari 4.000 ton kopi organik setiap tahun dan kurang lebih 10.000 ton kastanye (buah) amazon. Hasil usaha mereka ini sudah dikomersialkan.

Sumber berita: http://www.tierramerica.info/nota.php?lang=esp&idnews=4267

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons