Tuesday 27 September 2011

Bolivia: KETIKA PEMERINTAH "INDIGENA" MENEKAN MASYARAKAT "INDIGENA"


Kemarin ratusan polisi membubarkan secara brutal para perempuan, anak-anak, orang tua dan kaum indígenas yang melakukan demonstrasi sejak 41 hari lalu untuk “mempertahankan daerah, martabat dan kehidupan mereka”. Sebuah tekanan dari sebuah pemerintahan indígena dengan seorang presiden indígena kepada masyarakat indígena.

Dewan Komunikasi dari para demonstran melaporkan bahwa seorang bayi indígena yang berumur tiga bulan meninggal dunia, karena mendapat serangan gas air mata yang digunakan polisi, 37 orang dilaporkan menghilang, diantaranya 7 anak-anak, dan kurang lebih dua ratusan orang yang ditahan akhirnya dibebaskan karena aksi solidaritas masyarakat. Beberapa tokoh penting dari demonstrasi ini menekankan kembali bahwa mereka akan terus melakukan demonstrasi mereka menuju La Paz pusat pemerintahan Bolivia.

Kaum indígenas dari Konfederasi Timur, Chaco dan Amazon (CIDOB) dan Dewan Nasional Ayllus dan Markas dari Qollasuyo (CONAMAQ) mulai melakukan demonstrasi mereka tanggal 15 Agustus lalu, yang sudah memasuki hari ke 41 dalam perjalanan sejauh 310 km menuju La Paz.

“Kaum indígenas di seluruh Bolivia merasa dihina dan menderita secara mendalam karena aksi pemerintah. Pemerintahan ini berjanji kepada kami untuk melakukan perubahan: menghormati hak-hak kaum indígenas, menghormati tanah ibu kami (madre tierra), menghormati budaya kami, menghormati kebebasan kami untuk menentukan sikap; tetapi dalam lima tahun pemerintahannya tidak satupun dari janji tersebut yang dijalankannya. Polisi-polisinya telah menekan dan menendang kami, layaknya kami seperti binatang; dan kejadian ini tidak bisa kami tolerir”, kata pemimpin utama masyarakat indígena, Adolfo Chávez.

Perkemahan para demonstran indígena diangkut dan dibakar oleh para polisi, beberapa orang dipukul dan diikat, beberapa orang bisa lari ke pegunungan dan beberapa orang lagi masih menghilang. Para wartawan yang meliputi peristiwa aksi penekanan ini dipukul dan alat rekaman mereka ditahan bahkan kaum medis yang menolong masyarakat indígenas dipukul oleh polisi. “Seorang petugas medis, mereka ikat, kemudian dipukul dan sekarang ini ada di rumah sakit, sedang dilakukan radiografi untuk memfoto jika ada luka di tulang iganya”, kata Direktur Rumah Sakit San Borja, Javier Jiménez.


Sementara pemerintah mencoba untuk membenarkan tekanan kekerasan polisi melawan para demonstran, Menteri Pertahanan Nasional, Cecilia Chacón, mengundurkan diri dari jabatannya setelah melihat masalah ini. Dalam sebuah surat yang dikirim ke Presiden Evo Morales, Cecilia Chacón, menyatakan, “Saya mengambil keputusan ini karena pemerintah tidak membagikan rencana intervensi mereka terhadap para demonstran dan karena itu saya tidak bisa mempertahankan atau membenarkan perbuatan mereka; karena sebenarnya masih ada alternatif lain untuk melakukan dialog”. “Tidak dengan cara seperti itu!! Kami memiliki persetujuan dengan masyarakat untuk melakukannya dengan cara yang lain”, tambah Cecilia. Seperti yang terjadi pada pemerintahan neoliberal, Menteri Pemerintahan, Sacha Llorenti mengungkapkan bahwa diambilnya jalan untuk mengevakuasi para demonstran untuk menjaga ketahanan fisik mereka.

Intensi pemerintah untuk membubarkan demonstrasi kaum indígenas secara paksa ditentang oleh berbagai kalangan masyarakat dengan melakukan mobilisasi dan memblokir jalan dan bandar udara yang terjadi di beberapa daerah di wilayah timur Bolivia.

Wakil dari Gereja Katolik dan agama-agama lain, PBB, Pertahanan Sipil, Dewan HAM dan berbagai institusi mengeritik aksi pemerintah dan menyatakan bahwa kejadian penekanan terhadap masyarakat indígenas bukan bagian dari demokrasi. “Kami menuntut pemerintah nasional untuk menolak jalan penekanan, persekusi dan kekerasan karena tidak menyelesaikan masalah dan menunjukkan aksi dialog dan mempertahankan hak-hak masyarakat Bolivia, khususnya masyarakat yang lebih miskin dan lebih membutuhkan”, kata Sekretaris Jenderal Konferensi Waligereja Bolivia, Uskup Oscar Aparicio. Sebagai seorang pastor yang menggembalakan umatnya dia memberikan pesan kepada umat Bolivia, “kekerasan menolak harkat dan martabat manusia”. Sementara Presiden Dewan HAM Bolivia, Yolanda Herrera, menyatakan bahwa para demonstran tidak menerima bantuan air dan bantuan kemanusiaan.

Berhadapan dengan kebrutalan polisi, di beberapa daerah di Bolivia terjadi tekanan dari berbagai pihak yang mendukung tuntutan kaum indígenas dan menolak politik pemerintahan. Perkumpulan Pekerja Bolivia, yang adalah organisasi para pekerja tertinggi di Bolivia, menyatakan bahwa mereka akan melakukan mogok nasional.

Sejak hari pertama demonstrasi, pemerintah mencoba untuk mengkriminalisasikan kaum indígenas dengan menuduh mereka secara publik dengan memanipulasi dan didanai oleh LSM dan yayasan, oleh perusahaan kayu dan peternakan, oleh kedutaan Amerika Serikat dan USAID, oleh partai politik aliran kanan, tetapi tidak satupun tuduhan tersebut bisa dibuktikan. Semua tuduhan yang dialamatkan ke kaum indígenas membuat kaum indígenas semakin bersemangat untuk melanjutkan demonstrasi mereka.

Tuntutan utama kaum indígenas adalah penolakan pembangunan jalan raya yang melewati pusat Wilayah Indigena yakni Taman Nasional Isiboro Sécure (TIPNIS). Kaum indígenas mempertahankan apa yang dikatakan oleh Konstitusi Politik Negara yang baru dan pemerintah menginjak politik tersebut.

Yang jelas bahwa tekanan polisi terhadap kaum indígenas membuat orang bertanya-tanya tentang “proses perubahan” di mana “pemerintahan indígenas” dan “pemerintahan revolusi sosial” sedang dilancarkan. Proses perubahan merupakan faktor fundamental dalam kebudayaan berdialog, budaya perdamaian dan budaya kehidupan, tetapi kemarin faktor-faktor fundamental ini diinjak oleh budaya penekanan, budaya kekerasan dan budaya kematian.

Sumber: http://www.alainet.org/active/49705

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons