Tuesday 27 September 2011

Argentina: TINGKAT PERCERAIAN SUAMI ISTRI DI ARGENTINA MENINGKAT TAJAM


Tingkat perceraian suami-istri di masyarakat Argentina meningkat tajam. Banyak yang menyatakan bahwa ini disebabkan oleh meningkatnya budaya konsumerisme dan juga karena kurangnya bantuan publik untuk menolong pasangan-pasangan yang bermasalah.

Menurut pengacara yang bekerja di bidang perceraian, Viviana Koffman, situasi perceraian ini sering terjadi bagi pasangan yang berusia antara 35-45 tahun. “Orang yang menikah terlambat masa pernikahan mereka kurang bertahan. Rata-rata pernikahan mereka bertahan tidak lebih dari 10 tahun. Umumnya mereka bercerai pada saat anak-anak mereka masih kecil. Dan biasanya perceraian menjadi sebuah konflik yang besar karena akan dibahas juga masalah tentang makanan, kepemilikan dan kunjungan bagi anak”, kata pengacara tersebut.

Di Argentina misalnya, ada 5 pasangan yang bercerai setiap 10 pasang yang menikah, sementara di Cuba 6 pasang akan bercerai dari 10 pasang yang menikah.

Situasi ini juga tidak jauh berbeda dengan masalah-masalah yang dihadapi oleh pasangan yang beragama katolik, yang beropsi bahwa tidak ada “perceraian”, yang ada hanyalah sebuah pernikahan yang tidak syah atau dianulir, karena ada hal-hal yang kurang dari pernikahan tersebut. Sekarang ini saja, Gereja Argentina menganulasikan satu pernikahan secara Katolik setiap harinya. Situasi ini tiga kali lebih besar dibandingkan tiga dekada lalu.

“Jika dalam sebuah kebudayaan, dalam literatur, dalam novel, film, dan media komunikasi, melihat perceraian, hidup bersama satu, dua, tiga atau empat orang; maka tidak mengherankan kebudayaan ini juga akan terbawa dalam pemikiran semua orang”, kata pemimpin “Pengadilan Gereja”, Uskup José Bonet Alcón.

Banyak ahli juga yang berpendapat bahwa banyak pasangan yang bercerai karena tidak menemukan pertolongan yang baik di masyarakat untuk mengatasi krisis atau saat-saat sulit dalam kehidupan pernikahan mereka. Negara Argentina tidak memberikan pertolongan dalam masalah ini, dan yang menolong pasangan yang bermasalah umumnya dari pihak swasta. Ini adalah salah satu sebab mengapa banyak pasangan yang selesai dengan bercerai, sesuatu yang sudah diijinkan oleh hukum di negara Argentina sejak tahun 1987.

Setelah beberapa tahun menikah, satu pasangan Monica dan Julio Pastori memutuskan untuk berkonsultasi karena menemukan bahwa relasi dalam pernikahan mereka tidak harmonis. “Seoang teman dari Julio menasihatinya supaya, sebelum berpisah mengapa tidak berkonsultasi lebih dahulu. Karena itu mereka mengundang pasangan ini untuk melakukan sebuah pertemuan bagi pasangan suami istri saat akhir pekan. Dan sejak saat itu hidup kami berubah dan pernikahan kami akhirnya selamat”, kata Monica, seorang ibu rumah tangga.

Sementara Julio, seorang pensiunan, mengomentari bahwa dia belajar untuk “membayar” ketidakstabilan dalam dirinya dengan mendengarkan istrinya. “Setelah beberapa saat saya bisa mempraktekkannya: saya mengatakan kepada istri saya “saya mendengar kamu”, “saya mendengarmu dengan hati”, “katakanlah padaku apa yang kamu rasakan””, kata Julio.

Beberapa ahli juga setuju bahwa krisis kehidupan pernikahan disebabkan oleh budaya konsumerisme dari Amerika Serikat, di mana kehidupan pernikahan kurang dihargai. Di Amerika Serikat sendiri setiap 1000 orang ada 7 pasangan yang bercerai.

Jimena Soubeste dan Sebastian Chaumont sudah hidup bersama selama 8 tahun dan memiliki seorang anak berumur 12 tahun. Sebuah contoh di mana pernikahan (bukan hidup bersama / kumpul kebo) bukan merupakan elemen yang wajib atau penting dalam menjaga sebuah relasi yang stabil dalam masyarakat.

“Dulunya kami baik. Kami melewatinya dengan baik. Sekarang ini ini kami merasa bahwa kekuatan cinta tidak seperti dulu lagi”, kata Jimena. Di pihak lain, suaminya berpikir bahwa “menikah dengannya tidak membawa perubahan apa-apa dalam kehidupannya”.

Jimena dan Sebastian juga tidak memiliki rencana untuk menikah di masa depan. Tetapi peraturan di Argentina sudah dimodifikasi dan hidup bersama dilihat sebagai sebuah kesempatan legal untuk bisa hidup sebagai pasangan suami istri tanpa sebuah ikatan.

Krisis institucional dalam kehidupan keluarga merupakan masalah yang kontroversial di Argentina. Sejauh mana negara bisa mengintervensi sebuah relasi yang begitu intim dari sebuah pasangan?
Sumber: http://actualidad.rt.com/actualidad/america_latina/issue_30140.html

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons