Wednesday 14 September 2011

Analisis: SITUASI EKONOMI AMERIKA LATIN



Peristiwa 11 September 2001, sadar atau tidak, membawa angin perubahan dalam politik global. Angin perubahan itu, sangat dirasakan di Amerika Latin. Ketika terjadi serangan teroris pada tanggal 11 September 2011, abad XXI diprediksikan menjadi abad di mana hegemoni Amerika Serikat akan berjaya, setelah selesainya perang dingin. Namun sekarang ini, satu dekada setelahnya, kita melihat bahwa China mulai menunjukkan eksistensinya. Dengan begitu cepat China menjadi salah satu negara yang memiliki kekuatan ekonomi kedua di dunia, yang menurut penelitian banyak ahli akan menjadi nomor satu setelah sepuluh tahun ke depan. Brasil, India, Rusia, Turki dan Afrika Selatan (Indonesia) juga berkembang menjadi sebuah kekuatan ekonomi baru. Negara-negara ini mengalami krisis ekonomi tahun 2008. Tetapi mereka bisa mengatasinya dan dalam jangka panjang akan menjadi kekuatan ekonomi baru di dunia. Sementara Amerika Serikat dan Uni Eropa masih didera oleh krisis, apalagi Amerika Serikat harus menghabiskan begitu banyak dana untuk membiayai perang di Afganistan, Irak dan perang melawan terorisme lainnya.

Tidak mengherankan juga bahwa di Amerika Latin terjadi perubahan yang signifikan dalam bidang politik. Pemerintahan dari golongan tengah-kiri mulai mendominasi pemerintahan di Amerika Selatan. Banyak orang yang merasa terganggu dengan hasil ini, tetapi itulah hasil demokrasi yang dijalankan di beberapa negara. Integrasi Amerika Selatan dalam kelompok UNASUR juga mengalami perubahan dalam model integrasi yang akan diterapkan. Dalam model sebelumnya UNASUR lebih pada integrasi “klub presiden” Amerika Selatan; tetapi sekarang ini mereka lebih kerkecimpung dalam politik publik, khususnya bagaimana mempertahankan politik keamanan dan makroekonomi bagi negaranya masing-masing maupun bagi kawasan Amerika Selatan.

Aktor utama yang sudah menunjukkan perannya di Amerika Latin adalah China. China telah meningkatkan relasi kerjasama perdagangan dan ekonomi dengan Amerika Latin beberapa tahun terakhir, khususnya dalam hal materi prima. Relasi perdagangan ini memberikan dampak yang kuat bagi Amerika Latin. Hal ini ditunjukkan dengan meningkatnya perkembangan ekonomi Amerika Latin menjadi 6%. Sudah jelas bahwa peran Brasil juga di wilayah ini tidak dapat dibantah. Tetapi kekuatan Brasil tidak sebesar yang dilakukan oleh China, mungkin karena Brasil tidak menunjukkan dengan jelas kemauan Brasil untuk melakukannya, terutama dengan biaya yang harus ditanggungnya dalam proses itu.

Masalah utama yang dihadapi Amerika Latin adalah tidak menempatkan dirinya sebagai “satu” kekuatan dalam skenario global ini. Amerika Latin belum bisa menjadi protagonis dalam dirinya sendiri dan tidak hanya menjadi “tukang eskpor bahan baku dasar”. Menurut laporan ekonomi ISS tahun 2010, dinyatakan bahwa lebih dari 90% dari total investasi di Amerika Latin semuanya ditujukan pada sumber daya alam prima. Keadaan ini menjadi sebuah kecemasan besar bagi Amerika Latin, bila sebelumnya Amerika Latin sangat bergantung pada Amerika Serikat, sekarang sangat bergantung pada kebutuhan bahan baku prima dari China, maka Amerika Latin sebenarnya menjalankan peran yang sama: bergantung pada negara lain. Kalau Amerika Latin mau berubah maka mereka harus memberikan nilai tambah pada bahan baku prima yang mereka ekspor. Harus mulai dari sekarang, bersatu dan mulai menjadi protagonis dalam skenario global yang sedang berkembang. Yang paling didambakan adalah Amerika Latin tidak bergantung dari satu negara ke negara lain lewat perjanjian-perjanjian bilateral atau perdagangan bebas yang ada; melainkan berusaha menjadi aktor dengan menentukan sikap dalam praksis politik yang bisa membangun Amerika Latin di Amerika Latin.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons