Friday 9 September 2011

Analisis : PETA POLITIK ENERGI AMERIKA SELATAN


Masalah energi merupakan masalah besar di Amerika Selatan. Perdebatan energi akhir-akhir ini terjadi antara beberapa negara, misalnya Paraguay yang mulai mengekspor energi ke Uruguay diprotes oleh Argentina. Bolivia mengalami kesulitan untuk memenuhi janji ekspor energi (gas) ke Brasil dan Argentina. Demikian juga Argentina tidak memenuhi janji energinya ke Chile. Dan yang sudah lama terjadi adalah perjuangan Paraguay untuk mendapat harga yang lebih tinggi dari energi yang mereka kirimkan ke Brazil dan Argentina.

Paraguay adalah satu-satunya negara di Amerika Selatan yang memiliki energi listrik yang lebih. Energi listrik yang mereka miliki berasal dari listrik tenaga air di Itaipú yang sebagiannya diekspor ke Brasil, dan Yacycretá yang diekspor ke Argentina. Sejak Fernando Lugo menjadi Presiden Paraguay, dia berjuang untuk mendapat harga yang lebih baik dari kelebihan energi yang mereka miliki. Lugo berusaha untuk membebaskan dirinya dari tekanan bahwa energi listrik yang berlebihan yang dimiliki oleh Paraguay harus dijual, karena itu harganya ditentukan oleh pembeli.

Dalam kasus Itaipú misalnya, tahun-tahun sebelumnya Paraguay menerima US$ 100 juta dólar setiap tahun dari energi lebih yang dijual ke Brasil. Tetapi pemerintah Paraguay menaksir bahwa negara Paraguay seharusnya menerima 10 kali lebih besar, jika harga energi listrik tersebut sesuai dengan harga pasar. Karena itu melalui perundingan yang sangat alot, tahun 2009, akhirnya Brasil meningkatkan tarif listrik yang datang dari Itaipú, sehingga sekarang ini Paraguay mendapat pemasukan dari energi listrik yang dijualnya tiga kali lipat yakni sebanyak US$ 360 juta setiap tahunnya.

Sementarai perusahaan listrik tenaga air dari Yacycretá , 98% energi listriknya dikirim ke Argentina. Sama seperti kasus Itaipú, pemerintahan Fernando Lugo menaksir bahwa pemerintahan Argentina harus membayar beberapa kali lipat kalau mengikuti harga pasar. Ditambah lagi, kedua negara berperkara karena adanya kemungkinan untuk menjual energi listrik yang berlebihan dari Yacycretá ke pihak ketiga. Paraguay sedang melakukan negosiasi dengan Uruguay untuk menjual energi listriknya yang berlebihan, yang berasal dari Yacycretá atau dari salah satu perusahaan listrik tenaga air lainnya di Paraguay. Masalahnya energi listrik yang harus dikirim ke Uruguay tersebut harus melewati teritori Argentina dan pemerintahan Argentina sampai sekarang belum menyetujui kemungkinan ini.

Ricardo Canese, Koordinator Komisi Badan Binasional Hidroelektrik, dalam sebuah deklarasi publik di Surat Kabar La Nación menyatakan, “Dalam opini saya, berdasarkan Tratado de Asunción (Perjanjian Asunción), yang mana Argentina tidak bisa menghalangi baik secara terbuka maupun tertutup segala sesuatu yang menghalangi aliran barang atau pelayanan ke mana pun”. Canese menekankan bahwa Presiden Cristina Fernéndez, bulan Desember 2008 telah berjanji untuk memberikan ijin bagi energi Paraguay untuk dialirkan ke Chile dan Uruguay. Tetapi sekarang mereka menghalanginya. Direktur energi, Ramón Méndez, menekankan hal yang sama. Paraguay ingin menjual energinya lebih jauh daripada sekedar ke Argentina. Sementara Argentina berkeinginan supaya energi Paragua hanya dijual ke Argentina yang dijual ke Argentina, dan kemudian Argentina yang menjualnya ke negara-negara lain. Kemauan Argentina ini ditolak oleh Paraguay karena berseberangan dengan kesepakatan tentang “kebebasan transportasi” bagi negara-negara yang bergabung dalam MERCOSUR.

Dalam bidang energi listrik dari gas alam, Argentina sangat cemas, karena Bolivia tidak bisa memenuhi janji yang dibuat Bolivia dengan Argentina, untuk memberikan 27.7 juta meter kubik gas setiap harinya, sejak tahun 2010. Bolivia memproduksi antarai 38-43 juta meter kubik per hari, yang mana 30 jutanya dikirim ke Brasil dan 7 jutanya digunakan untuk kepentingan dalam negeri. Sementara Argentina selama ini hanya menerima 2-7 juta meter kubik per hari, jauh dari yang diharapkan apabila dibandingkan dengan konsumsi harian Argentina sebanyak 144 juta meter kubik per hari.
Masalah dengan Bolivia ini memiliki dampak lebih lanjut, yakni masalah antara Argentina dan Chile. Tahun 1996-1999 Chile membangun 7 stasiun gas yang diimpor dari Argentina. Argentina saat itu mengekspor 25 juta meter kubik per hari ke Chile. Sejak tahun 2004, Argentina mulai mengalami krisis gas. Untuk konsumsi dalam negeri saja Argentina tidak bisa mengembangkan industri gasnya. Karena itu mereka mengharapkan dukungan Bolivia yang sampai sekarang belum bisa memenuhi tuntutan kebutuhan Argentina. Sementara Chile, untuk memenuhi kebutuhan energi dalam negeri, akhirnya harus membangun stasiun gas khusus, di Quinterio dan Mejillones, yang menggunakan gas liquid impor sebagai sumber utama energi.

Brasil juga sudah mengambil langkah-langkah penting sejak terjadi nasionalisasi gas yang di Bolivia, yang diprakarsai oleh Evo Morales. Brasil mengharapkan supaya Bolivia tetap mengirim 30 juta meter kubik perhari ke Brasil. Namun mereka memiliki rencana untuk memiliki sumber energi mereka sendiri atau seperti yang dilakukan Chile mengimpor gas liquid ke Brasil. Jika sebelum tahun 2006, Brasil bergantung pada Bolivia untuk 40% energi listrik dalam negerinya, maka pada tahun 2012 mereka sudah berusaha untuk menurunkan ketergantungan mereka menjadi hanya 22%.
Situasi di atas menunjukkan bahwa integrasi energi Amerika Selatan sedang berubah. Pada dekada 1980-an dan 1990-an integrasi energi bergerak dalam koridor pasar bebas yang mendukung perkembangan industri melalui perusahaan swasta atau negara. Memasuki abad XXI, negara-negara Amerika Selatan telah memulai sebuah proses untuk mengontrol energi yang ada. Sebelumnya, ide interkoneksi internasional dengan akses bebas terhadap kantong-kantong sumber-sumber energi berfungsi dengan baik karena didukung oleh pasar bebas. Sekarang ini berhadapan dengan pemerintah yang lebih memperhatikan politik energi di setiap negara, maka integrasi energi membutuhkan sebuah koordinasi politik lintas negara.

Dewan Energi Amerika Selatan yang dibentuk tahun 2008 dan Perjanjian Energi Amerika Selatan (walaupun masih sedang digodok), adalah beberapa langkah penting untuk mencapai integrasi energi di Amerika Selatan. Kontroversi antar negara, seperti yang sudah ditunjukkan di atas, menjadi dasar yang kuat untuk mencari sebuah platform politik energi yang baru bagi Amerika Selatan.

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons