Monday 19 September 2011

ALFABETISASI DAN MASYARAKAT INDIGENAS


Pada tanggal 8 September 2011, UNESCO mempublikasikan bahwa masih ada 793 juta orang di dunia yang belum bisa membaca / belum melek huruf. Padahal hak untuk “melek huruf” merupakan “hak asasi manusia” dan merupakan basis dasar untuk bisa berpartisipasi dalam pembangunan. Jika kita melihat data tersebut 75% orang buta huruf di dunia berada di Asia Selatan dan Afrika. Secara kuantitatif Amerika Latin jauh lebih baik bila dibandingkan dengan Afrika dan Asia Selatan.

Hampir semua negara di Amerika Latin memiliki angka melek huruf antara 80-96%, sebuah prosentasi yang cukup menggembirakan. Kecuali beberapa negara tertentu misalnya Guatemala di mana hampir 25% penduduknya (kurang lebih sebanyak lebih dari 14 juta orang) yang masih buta huruf. Demikian juga di Nicaragua dan Haiti.

Namun demikian, jika kita melihat lebih jauh tentang buta huruf bagi suku-suku minoritas seperti orang indígenas, data-data di Amerika Latin akan menunjukkan hasil yang berbeda. Masih banyak suku, masyarakat atau kampung yang belum terjangkau dengan sekolah. Pergi ke sekolah merupakan hal yang mewah buat mereka. Banyak petani, orang cacat, indígenas, khususnya perempuan, yang belum bisa mengenyam pendidikan untuk membaca. Data di Amerika Latin menunjukkan bahwa begitu banyak perempuan indígenas yang tidak beruntung untuk mendapat pendidikan. Masalah yang paling besar dan mencemaskan adalah, mereka sendiri tidak bisa menulis atau membaca dengan bahasa ibu mereka sendiri.

Di Mexico misalnya jumlah perempuan indígenas yang bisa menulis dan membaca dalam bahasa ibu mereka 15 kali lebih sedikit daripada perempuan yang berbicara spanyol. Situasi inilah yang membuat mereka masih berkubang dalam kemiskinan. Buta huruf tidak hanya membuat orang jatuh miskin tetapi juga menghalangi orang untuk bebas dari situasi kemiskinan.

Masyarakat indigenas Amerika Latin menderita dalam berbagai aspek. Hal ini sangat banyak disebabkan oleh kurangnya perhatian pemerintah atas situasi mereka (tidak adanya wakil masyarakat indigenas di pemerintah), rasisme, jarangnya bantuan buat mereka karena bukan merupakan “mayoritas”, dan bahasa mereka tidak pernah diperhatikan karena memiliki “nilai kurang” dalam kekuatan ekonomi atau politik. Dari hasil informasi UNESCO tersebut tampak sekali kecemasan akan “musnahnya” bahasa masyarakat indigenas seiring dengan terancamnya budaya dan lingkungan hidup di mana mereka tinggal. Hal yang sulit dimengerti oleh masyarakat indigenas sendiri adalah, bahasa mereka diganti oleh bahasa lain yang umumnya diganti oleh Bahasa Spanyol dari sekolah dan pemerintah. Bahasa ibu mereka yang tidak dipakai, membuat mereka sulit mengerti tentang tradisi, kosmovision, dan nilai-nilai budaya asal mereka. Budaya bahwa mereka “kelompok kelas dua” kalau berbicara bahasa asli (ibu) mereka diajarkan di sekolah-sekolah; sehingga anak-anak indigenas melihat kebudayaan mereka sendiri sebagai “kelas dua” atau “tidak penting”.

Melihat situasi ini, sudah sangat penting bahwa pendidikan abad XXI harus dibangun dari “realitas lokal”, dengan menyadari “kekayaan budaya” yang mereka miliki, menghormati bahasa ibu mereka, mengembangkan budaya mereka sendiri, serta membuka cakrawala mereka dalam sebuah dialog dengan dunia luar. Karena itu standarisai pendidikan nasional di setiap negara, yang lebih merespons dunia industri dan teknologi aktual sebenarnya hanya membuat masyarakat indigenas teralienasikan dari situasi mereka.

Tidak mengherankan kalau UNESCO tahun ini memberikan penghargaan kepada Insititut Nasional Untuk Pendidikan Orang Dewasa Mexico (INEA =Instituto Nacional Para La Educación de los Adultos de México) karena program pendidikan yang mereka buat “program alfabetisasi bilingual”. Program ini telah membantu banyak perempuan indígenas mengerti akan nilai-nilai kebudayaan mereka sendiri. Di Mexico sendiri ada sembilan Universitas yang menggunakan dua bahasa di sekolah mereka. Sebuah cara untuk mengangkat kembali bahasa-bahasa lokal yang sudah semakin hilang dan mengubah mentalitas masyarakat bahwa kebudayaan mereka sangat berharga.

Sumber :
http://www.unesco.org/new/es/media-services/single-view/news/8_september_international_literacy_day_793_million_adults_can_neither_read_nor_write/
http://www.inea.gob.mx/boletines/admin/view/detalleBoletines_sp_23_2.php?id_boletin=277
Bokova, Irina (2011) Mensaje de la Directora General de la UNESCO con motivo del Día Internacional de la Alfabetización. 8 de septiembre del 2011. nesdoc.unesco.org/images/0021/002113/211358s.pdf

0 comments:

Post a Comment

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Sweet Tomatoes Printable Coupons