Dari hasil analisis selama setahun terakhir, negara-negara di Amerika Latin (Chile, Meksiko, Kolombia, Brasil, Peru, Argentina dan Venezuela) mengalami penurunan daya saing ekonomi sebesar 3 poin dari posisi 54 menjadi 57. Penurunan terbesar dicatat oleh negara Chile - yang pada tahun 2017 pernah berada di peringkat 35 - dan Peru, yang masing-masing kehilangan enam peringkat menjadi peringkat 44 dan 58. Meksiko dan Kolombia masing-masing kehilangan dua peringkat dan kini berada di posisi 55 dan 56, sementara Brasil kehilangan satu posisi ke 57. Yang lebih mengkhawatirkan adalah situasi di Argentina dan Venezuela, karena Argentina menduduki posisi kedua dari belakang dan Venezuela berada di posisi buncit. Kedua negara ini akan mengalami kesulitan dalam daya saing ekonomi mereka karena dalam lima tahun terakhir perekonomian di kedua negara ini belum mengalami kenaikan dan perubahan yang signifikan.
Analisis kinerja ekonomi menunjukkan negara-negara di kawasan Amerika Latin paling buruk, dengan Brasil berada di posisi 51, memiliki skor terbaik setelah naik dari posisi 56 pada tahun 2020. Dalam efisiensi kinerja pemerintahan, Chile menduduki posisi teratas di Amerika Latin yakni di peringkat 22, lalu diikuti Peru di posisi 48, dan negara-negara lain berada di urutan terbawah yakni Argentina di peringkat 64 , Venezuela peringkat 63, Brasil peringkat 62, Meksiko peringkat 59 dan Kolombia peringkat 58. Di bidang efisiensi bisnis Argentina dan Venezuela menduduki peringkat terbawah. Sementara daya saing dalam pelayanan infrastruktur, Peru dan Venezuela merupakan yang terburuk, Peru di peringkat 60 dan Venezuela peringkat terakhir.
Di tingkat global, Swiss menduduki peringkat teratas setelah naik dari posisi ketiga, berkat investasi internasional, ketenagakerjaan dan aspek yang terkait dengan pendidikan, keuangan publik, dan kerangka kelembagaan. Di tempat kedua adalah Swedia, yang naik empat peringkat dibandingkan tahun lalu sebagai hasil dari kinerja ekonomi yang baik, terutama di ekonomi nasional dan lapangan kerja. Lima besar diisi oleh Denmark (peringkat ke-3), Belanda (ke-4) dan Singapura (ke-5) yang kehilangan peringkat pertama karena kehilangan lapangan pekerjaan, kurangnya produktivitas dan dampak ekonomi dari krisis kesehatan/pandemi. Spanyol turun ke peringkat 39, tiga tingkat di bawah posisi yang diperolehnya dalam tiga tahun terakhir, akibat penanganan pandemi dan masih adanya beberapa masalah struktural seperti minimnya digitalisasi atau tingginya angka pengangguran kaum muda.
Analisis ini menunjukkan bahwa daya saing ekonomi yang paling kompetitif muncul karena faktor-faktor seperti investasi dalam inovasi, kegiatan ekonomi yang beragam, dan kebijakan publik dari pemerintah yang mendukung.
Sumber: Cesla